Volatilitas Pasar Global: Dampak Kebijakan Donald Trump dan Optimisme di Tengah Tekanan
Tasikmalaya, GIBEI UNPER - Seiring dengan kembalinya Donald Trump ke panggung politik AS, spekulasi mengenai dampak kebijakan kontroversialnya kembali menjadi perhatian pasar keuangan global. Banyak yang memprediksi bahwa langkah-langkah yang akan diambil Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) dapat menambah volatilitas pasar. Meski demikian, optimisme tetap ada di tengah ketidakpastian ini.
Kebijakan Trump dan Dampaknya pada Pasar Keuangan
Donald Trump dikenal dengan kebijakan ekonominya yang tidak konvensional dan sering memicu reaksi keras dari pasar keuangan global. Sebagai contoh, kebijakan fiskal dan perdagangan yang agresif selama masa kepemimpinannya telah menciptakan gejolak yang tak jarang mempengaruhi pasar saham internasional.
Silva Halim, Direktur Mandiri Sekuritas, mengungkapkan bahwa kebijakan-kebijakan kontroversial Trump berpotensi memberikan tekanan signifikan pada pasar. Salah satunya adalah kebijakan perdagangan, serta potensi kebijakan moneter dan fiskal yang dapat menyebabkan ketidakpastian lebih lanjut. Efeknya, volatilitas pasar di seluruh dunia diperkirakan akan meningkat, termasuk pasar saham Indonesia, yang bisa terdampak oleh dinamika pasar global.
Volatilitas Pasar di Semester I 2025
Menurut Silva, volatilitas pasar akan lebih tinggi pada Semester I tahun 2025. Salah satu faktor yang berperan besar adalah kebijakan suku bunga acuan yang masih tinggi, khususnya Fed Funds Rate yang ditetapkan oleh Bank Sentral AS (The Federal Reserve). Keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga acuan di tingkat tinggi bisa mempengaruhi aliran modal global, termasuk arus investasi di pasar saham Indonesia.
Peningkatan suku bunga AS berpotensi menarik minat investor untuk kembali ke pasar AS yang lebih menguntungkan, sehingga menyebabkan penurunan arus modal ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Di sisi lain, ketegangan geopolitik dan ekonomi global yang dipicu oleh kebijakan Trump dapat menambah ketidakpastian, memicu kecemasan di kalangan investor, dan memperburuk volatilitas pasar.
Optimisme di Tengah Ketidakpastian
Meski pasar global diperkirakan akan mengalami volatilitas yang lebih tinggi, optimisme tetap ada. Pasar Indonesia, misalnya, masih menunjukkan tren penguatan. Pada Kamis, 23 Januari 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mencapai level 7.300, mengindikasikan bahwa investor domestik masih cukup yakin terhadap prospek pasar saham Indonesia. Selain itu, nilai tukar Rupiah juga terpantau menguat sebesar 0,21% ke posisi Rp16.245 per Dolar AS.
Beberapa faktor pendukung optimisme ini antara lain adalah stabilitas ekonomi Indonesia yang relatif terjaga, serta prospek pertumbuhan ekonomi yang terus menunjukkan angka positif meskipun ada ketidakpastian global. Selain itu, reformasi ekonomi yang terus dilakukan pemerintah Indonesia diharapkan dapat memperkuat daya tarik investasi domestik.
Kembalinya Donald Trump ke kursi kepresidenan AS berpotensi memicu gejolak di pasar keuangan global, yang dapat menyebabkan volatilitas lebih tinggi pada semester pertama 2025. Namun, meski ada tekanan dari kebijakan-kebijakan yang diambilnya, pasar Indonesia tetap menunjukkan adanya optimisme dengan penguatan IHSG dan Rupiah. Investor perlu memperhatikan perkembangan kebijakan ekonomi AS, terutama suku bunga, serta dinamika politik global untuk mengantisipasi fluktuasi pasar ke depan.
Dengan kombinasi antara kewaspadaan terhadap volatilitas pasar global dan optimisme domestik, pasar Indonesia tetap memiliki prospek positif untuk jangka panj
Komentar
Posting Komentar